Pada artikel sebelumnya, sudah ada penjelasan tentang sejarah astronomi dan astronomi modern yang telah dipakai para astronomer hingga saat ini. Sebagaimana yang kita tahu, astronomi merupakan sains yang mempelajari tentang perbiintangan. tetapi seiring dengan perkembangan jaman, ilmu astronomi sekarang lebih kompleks untuk mempelajari klasifikasi bintang, gerak-gerik suatu bintang, keanehan yang terjadi pada bintang tersebut hingga revolusi suatu bintang. Untuk artikel yang kedua saya, saya akan memberikan penjelasan tentang klasifikasi bintang-bintang, mulai dari bintang dengan temperatur tertinggi hingga bintang dengan temperatus terendah. Mulai dari bintang dengan radius terbesar sampai bintang dengan radius terkecil. Ciri-ciri dan karakteristik setiap bintang juga akan dijelaskan pada artikel ini. Untuk lebih lengkapnya silahkan lihat penjelasan dibawah ini.
Pada tahun 1814, Joseph von fraunhofer seorang fisikawan asal jerman
mencatat dan memetakan sejumlah garis-garis gelap dalam sebuah spektrum
Matahari jika cahayanya dilewatkan pada suatu prisma. Dari hasil
pemetaan yang dihasilkan, Garis-garis gelap ini kemudian disebut
sebagai garis-garis Fraunhofer. Disisi lain Kirchhoff dan Bunsen
kemudian manemukan bahwa seperangkat garis-garis tersebut berhubungan
dengan suatu elemen kimia yang berada di lapisan atas matahari.
Fraunhofer juga menemukan bahwa bintang-bintang lain juga memiliki
spektrum seperti Matahari, tetapi dengan pola garis-garis gelap yang
berbeda.
53 tahun setelah penemuan garis fraunhofer, seorang astronom Yesuit
yaitu Angelo Secchi, melakukan penyelidikan terhadap sekitar 4000
spektrum bintang dari hasil pengamatan yang dilakukannya dengan
menggunakan prisma obyektif. Hanya dengan menggunakan mata, Secchi
menggolongkan bintang-bintang tersebut ke dalam tiga kelas. Bintang
dengan garis-garis serapan sangat kuat dari atom hidrogen digolongkan
sebagai tipe I berwarna putih, bintang dengan garis-garis serapan sangat
kuat dari ion logam digolongkan sebagai tipe II berwarna kuning, dan
bintang dengan pita-pita serapan lebar digolongkan sebagai tipe III
berwarna merah.
Setahun kemudian Secchi memasukkan beberapa bintang yang
memiliki garis-garis serapan dengan pola yang aneh, jarang ada, mirip
tetapi tidak terlalu sama dengan pola tipe III, dan menggolongkannya
sebagai tipe IV. Dari hasil klasifikasi bintang yang dilakukan oleh Secchi, Edward
Charles Pickering ditahun 1886 memulai penyelidikan spektrum bintang
secara fotografi bertempat diobservatorium Harvard. Dengan menggunakan
prisma obyektif para astronom di Harvard meng-klasifikasikan bintang
berdasarkan kuat garis-garis serapan pada deret Balmer dari hidrogen
netral (H I), memperluas penggolongan dan menamakan kembali penggolongan
dengan huruf A, B, C dan seterusnya hingga P, dimana bintang kelas A
memiliki garis serapan atom hidrogen paling kuat, B terkuat berikutnya
dan seterusnya.
Asisten-asisten Pickering(Williamina Fleming, Annie Jump Cannon,
Antonia Maury, dan Henrietta Swan Leavitt), memulai sebuah proyek skala
besar pengklasifikasian spektrum bintang. Antara ditahun 1911 dan 1949,
400.000 bintang telah didaftarkan ke dalam katalog Henry Draper (dinamai
menurut sang penyandang dana dan perintis penelitian spektroskopi
fotografi Amerika, Henry Draper). Para ‘gadis’ Harvard ini, khususnya
Cannon dan Maury, kemudian menyadari adanya sebuah keteraturan dalam
semua garis-garis spektral (tidak hanya hidrogen) jika penggolongan
bintang-bintang tersebut diurutkan menjadi O, B, A, F, G, K, M.
Kelas
lainnya dihilangkan karena ditemukan bahwa beberapa di antaranya
sebenarnya merupakan kelas yang sama. Untuk mengingat urutan
penggolongan ini biasanya digunakan kalimat “Oh Be A Fine Girl Kiss Me”.
Dengan kualitas spektrogram yang lebih baik memungkinkan penggolongan
ke dalam 10 sub-kelas yang diindikasikan oleh sebuah angka arab (0
hingga 9) yang mengikuti huruf. Pada mulanya urutan pola spektrum ini diduga karena perbedaan susunan
kimia atmosfer bintang. Namun kemudian disadari bahwa urutan tersebut
sebenarnya merupakan urutan temperatur permukaan bintang, setelah pada
tahun 1925, Cecilia Payne-Gaposchkin berhasil membuktikan hubungan
tersebut.
Bintang O
Kelas O
Bintang kelas O adalah bintang yang paling panas, temperatur permukaannya lebih dari 25.000 Kelvin. Bintang deret utama
kelas O merupakan bintang yang nampak paling biru, walaupun sebenarnya
kebanyakan energinya dipancarkan pada panjang gelombang ungu dan
ultraungu. Dalam pola spektrumnya garis-garis serapan terkuat berasal
dari atom Helium yang terionisasi 1 kali (He II) dan karbon yang
terionisasi dua kali (C III). Garis-garis serapan dari ion lain juga
terlihat, di antaranya yang berasal dari ion-ion oksigen, nitrogen, dan
silikon. Garis-garis Balmer Hidrogen (hidrogen netral) tidak tampak
karena hampir seluruh atom hidrogen berada dalam keadaan terionisasi.
Bintang deret utama kelas O sebenarnya adalah bintang paling jarang di antara bintang deret utama lainnya (perbandingannya kira-kira 1 bintang kelas O di antara 32.000 bintang deret utama).
Namun karena paling terang, maka tidak terlalu sulit untuk
menemukannya. Bintang kelas O bersinar dengan energi 1 juta kali energi
yang dihasilkan Matahari. Karena begitu masif, bintang kelas O membakar
bahan bakar hidrogennya dengan sangat cepat, sehingga merupakan jenis
bintang yang pertama kali meninggalkan deret utama. Contoh : Zeta Puppis
Bintang B
Bintang kelas B adalah bintang yang cukup panas dengan temperatur
permukaan antara 11.000 hingga 25.000 Kelvin dan berwarna putih-biru.
Dalam pola spektrumnya garis-garis serapan terkuat berasal dari atom
Helium yang netral. Garis-garis Balmer untuk Hidrogen (hidrogen netral)
nampak lebih kuat dibandingkan bintang kelas O. Bintang kelas O dan B
memiliki umur yang sangat pendek, sehingga tidak sempat bergerak jauh
dari daerah dimana mereka dibentuk, dan karena itu cenderung berkumpul
bersama dalam sebuah asosiasi OB. Dari seluruh populasi bintang deret utama terdapat sekitar 0,13 % bintang kelas B. Contoh : Rigel, Spica
Bintang A
Bintang kelas A memiliki temperatur permukaan antara 7.500 hingga 11.000
Kelvin dan berwarna putih. Karena tidak terlalu panas maka atom-atom
hidrogen di dalam atmosfernya berada dalam keadaan netral sehingga
garis-garis Balmer akan terlihat paling kuat pada kelas ini. Beberapa
garis serapan logam terionisasi, seperti magnesium, silikon, besi dan
kalsium yang terionisasi satu kali (Mg II, Si II, Fe II dan Ca II) juga
tampak dalam pola spektrumnya. Bintang kelas A kira-kira hanya 0.63%
dari seluruh populasi bintang deret utama. Contoh : Vega, Sirius
Bintang F
Bintang kelas F memiliki temperatur permukaan 6000 hingga 7500 Kelvin,
berwarna putih-kuning. Spektrumnya memiliki pola garis-garis Balmer yang
lebih lemah daripada bintang kelas A. Beberapa garis serapan logam
terionisasi, seperti Fe II dan Ca II dan logam netral seperti besi
netral (Fe I) mulai tampak. Bintang kelas F kira-kira 3,1% dari seluruh
populasi bintang deret utama. Contoh : Canopus, Procyon
Bintang G
Bintang kelas G barangkali adalah yang paling banyak dipelajari karena
Matahari adalah bintang kelas ini. Bintang kelas G memiliki temperatur
permukaan antara 5000 hingga 6000 Kelvin dan berwarna kuning.
Garis-garis Balmer pada bintang kelas ini lebih lemah daripada bintang
kelas F, tetapi garis-garis ion logam dan logam netral semakin menguat.
Profil spektrum paling terkenal dari kelas ini adalah profil garis-garis
Fraunhofer. Bintang kelas G adalah sekitar 8% dari seluruh populasi
bintang deret utama. Contoh : Matahari, Capella, Alpha Centauri A
Bintang K
Bintang kelas K berwarna jingga memiliki temperatur sedikit lebih dingin
daripada bintang sekelas Matahari, yaitu antara 3500 hingga 5000
Kelvin. Alpha Centauri B adalah bintang deret utama kelas ini. Beberapa bintang kelas K adalah raksasa dan maharaksasa, seperti misalnya Arcturus.
Bintang kelas K memiliki garis-garis Balmer yang sangat lemah.
Garis-garis logam netral tampak lebih kuat daripada bintang kelas G.
Garis-garis molekul Titanium Oksida (TiO) mulai tampak. Bintang kelas K
adalah sekitar 13% dari seluruh populasi bintang deret utama. Contoh : Alpha Centauri B, Arcturus, Aldebaran
Bintang M
Bintang kelas M adalah bintang dengan populasi paling banyak. Bintang
ini berwarna merah dengan temperatur permukaan lebih rendah daripada
3500 Kelvin. Semua katai merah adalah bintang kelas ini. Proxima Centauri adalah salah satu contoh bintang deret utama kelas M. Kebanyakan bintang yang berada dalam fase raksasa dan maharaksasa, seperti Antares dan Betelgeuse
merupakan kelas ini. Garis-garis serapan di dalam spektrum bintang
kelas M terutama berasal dari logam netral. Garis-garis Balmer hampir
tidak tampak. Garis-garis molekul Titanium Oksida (TiO) sangat jelas
terlihat. Bintang kelas M adalah sekitar 78% dari seluruh populasi
bintang deret utama. Contoh : Proxima Centauri, Antares, Betelgeuse
Tidak ada komentar:
Posting Komentar